Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Review "Alangkah Lucunya Negeri Ini" a film by Deddy Mizwar

Sebuah film yang mengambil genre komedi tetapi penuh akan makna. Disutradarai oleh pemainnya sendiri yaitu Deddy Mizwar. Film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” ini ditulis oleh Musfar Yasin, dan diperankan oleh Reza Rahadian ‘Muluk’, Deddy Mizwar  ‘Pak Makbul’, Slamet Rahardjo ‘H. Rahmat’, Jaja Mihardja ‘H. Sarbini’, Tio Pakusadewo ‘Jarot’, Asrul Dahlan ‘Samsul’, Ratu Tika Bravani ‘Pipit’, Rina Hasyim ‘Istri H. Rahmat’, Sakurta Ginting ‘Ribut’, Sonia ‘Rahma’, Teuku Edwin ‘Jupri’, dan masih banyak lagi.

Cerita film ini bermula dari Muluk seorang sarjana manajemen yang pergi mencari pekerjaan. Setelah sekian lama mencari kerja ia tak kunjung mendapatkannya. Dia mendapatkan tekanan dari ayah dan calon mertuanya karena masih menjadi pengangguran. Suatu hari saat melewati sebuah pasar dia bertemu dengan kawanan anak laki-laki yang tak sengaja ia lihat mencopet dompet seorang bapak. Mereka sangat lihai dalam beraksi copet-mencopet. Seperti orang yang sudah professional dalam dunia copet. Miris mengetahuinya. Salah satu dari para pencopet itu bernama Komet. Setelah pertemuan kedua Komet mengajak Muluk ke markasnya dan bertemu Si Bos, Jarot. Timbullah ide dari Muluk. Ia menawarkan sebuah kerjasama kepada Jarot untuk mengelola uang mereka dan nantinya mereka dapat keuntungan lebih dari itu. Muluk meminta imbalan 10% dari hasil mencopet untuk membayar jasa yang diberikannya.

Seiring berjalannya waktu Muluk tergerak hatinya untuk meluruskan jalan para pencopet cilik ini agar mereka beralih profesi. Menjadi pedagang asongan adalah salah satu pilihannya. Muluk memberikan pengajaran kepada para pencopet dibantu oleh dua temannya Pipit dan Samsul. Mereka bertiga mengajarkan baca tulis hitung, pentingnya agama, dan ilmu tentang wawasan nusantara. Para pencopet diajarkan untuk mengenal dan mencintai negaranya. Lama kelamaan pencopet-pencopet kecil itu telah berubah menjadi pribadi yang mengenal agama dan cinta akan negaranya meskipun masih sering timbul hasrat untuk mencopet.

Konflik timbul saat para haji (Makbul, Sarbini, Rahmat) mengetahui tentang pekerjaan yang dilakukan oleh Muluk. Tindakan mengumpulkan 10% dari hasil copet untuk diputar dan ditabung, menimbulkan kontroversi. Mereka tentu saja menolak hal itu karena mereka menganggapnya sebagai uang haram. Alhasil Muluk pun mengambil keputusan untuk mundur dari proyek itu.
Pada ending cerita sebagian pencopet cilik itu mau beralih profesi sebagai pengasong. Hal itu berarti usaha yang selama ini dilakukan Muluk tidak berakhir sia-sia. 

Cerita dalam film ini sangat menyentuh hati nurani kita. Karena keadaan seperti itulah yang sekarang ini terjadi di negeri kita tercinta. Korupsi merajalela, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Rakyat terbohongi oleh janji palsu pemerintah. Masih adakah seseorang yang berhati tulus seperti Muluk  yang memperhatikan masa depan para pencopet cilik? Jaman sekarang sifat egosentris sangat tinggi dalam diri kebanyakan orang. Orang hanya peduli apakah itu bermanfaat pada dirinya atau tidak titik. Tanpa peduli akan orang lain. Inilah yang perlu kita renungkan. Sudahkah kita memikirkan keadaan orang lain?

Pada akhir film dikutip sebuah pasal dalam UUD 1945 Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara”. Apakah hal ini sudah terealisasikan? Pasti dengan nada yang pasti sebagian besar orang di Negara ini akan menjawab belum. Masih banyak orang dan anak terlantar di jalan-jalan. Sebagian mereka menjadi pengemis, pengamen, pengasong, dan tentu pencopet. Para pemimpin negeri ini masih punya banyak sekali utang atas janji mereka kepada rakyat. Rakyat perlu bukti bukan hanya janji semata.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar